“Ferley Bonifasius Kaparang, Sekretaris DPC PERADI Minahasa Utara periode 2019 – 2023, menyerukan pentingnya kepemimpinan yang hadir di daerah, modernisasi organisasi, dan penguatan kaderisasi. Dalam pandangannya, pemulihan marwah advokat dimulai dari langkah kecil—mendengar suara daerah dan memberi ruang bagi generasi baru.”
Di Minahasa Utara, di tengah suasana kantor yang sibuk dengan tumpukan berkas dan layar laptop terbuka, Ferley Bonifasius Kaparang, S.H., M.H., berbicara dengan nada tegas namun bersahaja. “Kami di daerah ini ingin perubahan yang terasa nyata,” ujarnya. “Bukan hanya perubahan di atas kertas, tapi yang bisa kami lihat dan rasakan langsung.”
Ferley boleh dikatakan sebagai wajah dari harapan baru di tubuh organisasi advokat di Indonesia itu. Di balik tutur kalemnya, ia membawa kegelisahan yang dirasakan banyak advokat di daerah: keinginan untuk pemulihan marwah advokat, modernisasi organisasi, dan keterlibatan kepemimpinan yang lebih dekat dengan akar rumput.
Menanti Pemimpin yang Turun ke Bawah
Bagi Ferley dan rekan-rekan advokat di Minahasa Utara, harapan terbesar menjelang Munas IV PERADI tidak hanya tentang siapa yang akan menjadi Ketua Umum berikutnya, tapi seberapa dekat calon itu dengan anggota di daerah.
“Yang kami harapkan sederhana: rajin turun ke bawah, rajin datang ke daerah,” kata Ferley. “Kami ingin calon ketua memperkenalkan diri langsung, bukan hanya lewat link atau unggahan media sosial. Kami ingin melihat kepeduliannya.”
Ia menegaskan, pertemuan tatap muka itu simbol kepemimpinan yang mendengar dan memahami denyut aspirasi advokat di luar kota besar. “Kalau datang langsung, kami tahu arah dan warna yang akan dibawa. Kami ingin merasa menjadi bagian dari visi itu,” tambahnya.
Antara Senioritas dan Regenerasi
Ferley tidak menutup mata terhadap tantangan besar di tubuh organisasinya: dominasi kader senior dan kesenjangan regenerasi. Di Sulawesi Utara, banyak DPC masih diisi oleh advokat senior yang punya pengalaman panjang, tetapi seringkali “terlambat beradaptasi” dengan perkembangan zaman.
“Dominasi kader tua membuat kaderisasi berjalan lambat,” ujarnya. “Kadang sulit mencetak advokat baru karena yang muda tidak diberi ruang belajar organisasi.” Ia menyebut, banyak advokat muda di daerah yang semangatnya besar, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. “Kita perlu program kaderisasi yang serius, agar yang muda bisa belajar berorganisasi dengan benar.”
Ferley menekankan bahwa pengembangan kapasitas advokat muda dan junior adalah investasi masa depan organisasi. Ia juga mengusulkan agar PERADI menjadi “organisasi berkonsep bantuan hukum,” yang tidak hanya menjaga kepentingan profesi, tapi juga menghidupkan fungsi sosial advokat.
Modernisasi: Dari Database hingga Kartu Anggota Instagramable
Bicara tentang modernisasi, Ferley berbicara lugas. Ia paham betul bahwa organisasi besar seperti PERADI harus bisa menyesuaikan diri dengan era digital. “Sekarang zamannya AI,” katanya, “kalau kita tidak menyesuaikan diri, kita tertinggal.”
Menurutnya, ada tiga langkah penting untuk membawa organisasi ke masa depan. Pertama, pembangunan database anggota nasional yang bisa diakses dari mana saja. “Jadi setiap anggota bisa tahu siapa saja yang aktif di daerah lain,” ujarnya. Kedua, pembuatan buku keanggotaan tahunan untuk memetakan jejaring relasi advokat di seluruh Indonesia. Dan ketiga — yang paling menarik — desain ulang kartu anggota menjadi lebih modern dan ‘instagramable’.
“Desain kartu itu simbol,” jelasnya. “Kalau tampilannya kaku dan kuno, kesannya organisasi ini hanya untuk orang lama. Padahal, banyak anggota kita dari generasi muda. Kartu yang keren bisa jadi cara sederhana untuk menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari PERADI”
Mengembalikan Wibawa, Membangun Narasi
Ferley juga menyinggung soal pentingnya narasi organisasi yang kuat dan seragam. Ia berharap setiap anggota dibekali kemampuan menulis yang baik agar suara advokat bisa hadir di ruang publik secara terarah. “Kita perlu warna baru,” katanya. “Lewat media sosial dan website, anggota bisa belajar menulis, bisa menyampaikan gagasan, bisa menunjukkan bahwa advokat juga penulis dan pejuang hukum.”
Dalam pandangannya, wibawa organisasi tidak hanya diukur dari kekuatan hukum, tapi juga dari konsistensi dalam komunikasi dan keterbukaan data. Ia menilai, langkah-langkah itu dapat menjadi jembatan antara generasi senior dan junior dalam organisasi.
Dorongan dari Daerah
Meskipun berada jauh dari pusat, DPC Minahasa Utara tetap aktif berkoordinasi dengan Sekretariat Nasional. Ferley menyebut, komunikasi langsung—bahkan lewat pesan pribadi WhatsApp—menjadi salah satu kunci menjaga partisipasi anggota. “Kadang yang dibutuhkan hanya dorongan kecil,” ujarnya. “Kalau ada yang japri, ingatkan isi data, isi link, orang jadi bergerak.”
Bagi Ferley, semua upaya ini bermuara pada satu hal: menghidupkan kembali semangat berorganisasi dari bawah. Sebuah cita-cita agar PERADI tidak hanya menjadi organisasi advokat yang besar di atas kertas, tetapi juga rumah yang hidup di hati para advokat di seluruh penjuru Indonesia.
“Organisasi ini harus kembali punya wibawa,” katanya menutup perbincangan. “Dan wibawa itu hanya bisa lahir kalau pemimpinnya hadir, kadernya berkembang, dan setiap anggotanya merasa dilibatkan.”
• 📣 WhatsApp Channel: Klik di sini
• 📡 Telegram Channel: Klik di sini
• 🎵 TikTok: Klik di sini
• 📸 Instagram (DPN PERADI): Klik di sini
• 📸 Instagram (Munas PERADI): Klik di sini
• 💼 LinkedIn: Klik di sini





PERADI RBA semakin di depan.